Wisata Tretes

Naik Kuda Keliling kota Tretes

Senang sekali apabila mencoba salah satu alat transportasi yang satu ini yaitu naik kuda sambil berwisata mengelilingi Kota Tretes sambil menikmati pemandangan yang luar biasa dan menghirup udara segar di pegunungan kota Tretes wah asyik banget pastinya, ayo buruan di coba….

Taman Safari Indonesia II Prigen

Taman Safari Indonesia II Prigen yang berlokasi di Taman Nasional Gunung Arjuna, Prigen – Pasuruan Jawa Timur juga dikenal luas sebagai pusat konservasi satwa ex-situ paling sukses dalam penyelamatan Banteng Jawa dan Gajah Sumatera di dunia. Taman Safari yang menempati kawasan dengan pemandangan paling indah di salah satu sudut Taman Nasional Gunung Arjuna – Prigen Jawa Timur ini, ditunjuk oleh pemerintah sebagai Stud Book Keeper (penjaga silsilah) bagi Gajah-gajah Sumatera dan Banteng Jawa yang sangat di lindungi diluar habitatnya. Hal ini tentu saja tidak lepas dari keberhasilan Taman Safari Prigen dalam program penyelamatan Gajah liar di Waykambas Lampung serta Banteng Jawa di Taman Nasional Meru Betiri. Dalam waktu kurang dari 5 tahun, 7 banteng Jawa yang berhasil dievakuasi setelah mengamuk di pemukiman warga di sekitar Taman Nasional Meru Betiri – Jember. Berhasil dibiakkan menjadi 23 ekor. Tidak hanya itu, adaptasi mereka terhadap puluhan ribu pengunjung Taman Safari Prigen setiap bulannya. Menjadikan mahluk yang paling beringas di hutan Meru Betiri dan Alas Purwo ini bisa juga sangat ramah terhadap para pengunjung. Mereka bahkan tidak segan-segan mendekati mobil pengunjung hanya sekedar untuk menanyakan jatah wortel yang barangkali ada buat mereka. Populasi mereka yang terus meningkat di Taman Safari Prigen, tentu menjadi kabar yang menggembirakan bagi kelestarian satwa langka yang sangat di lindungi ini kedepannya. Selain bisa menjadi pusat penangkaran banteng jawa kedepannya, bersama dengan Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur, Taman Safari Prigen juga sedang mengmbangkan program pemuliaan genetis sapi Bali dengan sperma banteng Jawa yang super kuat tersebut. Sehingga kedepan bisa didapatkan keturunan sapi bali berbadan dan daya tahan super yang tentu akan menjadi angin segar bagi dunia peternakan di Indonesia. Visi & Misi Taman Safari Prigen Banyak pengunjung yang menanyakan, apa sich sebenarnya visi dan misi Taman Safari Indonesia II Prigen ? Visi TSI Prigen tentu saja menjadi lembaga konservasi terbaik di Asia. Dan hal ini sudah dibuktikan dengan riset mendalam tentang penangkaran berbagai macam satwa langka seperti banteng Jawa, Burung Jalak Bali, Girrafe, Gajah Sumatera, Harimau Sumatera dan ratusan species satwa langka lainnya yang telah berhasil ditangkarkan di Taman Safari Prigen. Tentu saja, untuk mendukung kegiatan konservasi tersebut, Taman Safari Prigen membutuhkan dana yang tidak sedikit. Kebayang tidak, kalau satu suntikan saja yang harus diberikan ketika seekor harimau sakit bisa menghabiskan dana mulai dari Rp 2 juta  sampai Rp 12 juta. Sementara total dari satwa yang harus di awasi oleh Taman Safari Indonesia sudah lebih dari 2 ribuan ekor. Berapa dana yang dibutuhkan untuk memelihara satwa dari 5 benua sebanyak itu, dan membuat mereka terus berkembang jumlahnya. Itulah sebabnya, Taman Safari Indonesia menggelar banyak sekali pertunjukan edukasi tentang satwa, bahkan 5 diantaranya merupakan pertunjukan edukasi satwa terbaik di Asia Tenggara. Seperti Sumatran Elephant Education Show, Bird Of Prey Show, Dolphin Education Show, dan banyak show lainnya. Tentu saja agar lebih banyak lagi pengunjung yang datang berwisata ke Taman Safari Prigen dan semakin tahu, betapa luar biasanya satwa-satwa exotic tersebut, sehingga muncul kesadaran dari para pengunjung untuk ikut melestarikan keberadaan mereka . Dan dari ticket masuk para pengunjung tersebut, biaya konservasi dan pemeliharaan Taman Safari Prigen bisa terus berjalan. Dan agar para pengunjung tidak kapok untuk berwisata di Taman Safari Prigen. Secara berkala, semua karyawan Taman Safari Prigen mendapatkan pelatihan-pelatihan tentang pentingnya pelayanan kepada para pengunjung yang datang. Dan tentu saja Taman Safari Prigen juga melibatkan warga di sekitar lingkungan Taman Safari Prigen untuk ikut serta secara positif menjaga hal ini. Dan untuk membuat para pengunjung semakin betah berwisata di Taman Safari Prigen. Taman Safari Indonesia Prigen juga terus menerus menambahkan wahana-wahana baru seperti Baby Zoo, Safari Waterworld, Dolphin Bay, Safari Ride & Fun Zone sampai wahana pertunjukan terakhir, yaitu stuntmanshow terbesar di Asia Tenggara, “Journey To The Temple Of Terror”. Paling Asyik Untuk Family Gathering Tidak bisa dipungkiri, Taman Safari Prigen merupakan tempat paling pas untuk kegiatan Family Gathering yang sering diadakan oleh perusahaan-perusahaan di Jawa Timur dan sekitarnya. Selain satu-satunya tempat yang menyediakan tempat luas untuk berkumpul dengan kapasitas tempat duduk sampai dengan 3500 orang. Tidak salah lagi, Taman Safari adalah tempat yang sangat ideal. Karena selain pengunjung bisa nenikmati sejuknya udara Taman Nasional Gunung Arjuna. Mereka juga bisa merasakan asyiknya bersafari menembus kawasan penuh dengan satwa dari 5 benua. Mereka juga bisa merasakan asyiknya berenang di waterpark terluas di Jawa Timur serta merasakan sensasi naik satwa tunggang seperti Gajah, Onta maupun Kuda Poni yang hanya bisa dirasakan di Taman Safari. Taman Safari Terluas Di Asia Salah satu pemandangan paling umum ditemui di Baby Zoo (kebun binatang terbuka milik Taman Safari Indonesia II – Prigen). Dimana kita bisa menyaksikan asyiknya harimau-harimau gembala menikmati daging ayam segar di tengah sejuknya air kolam di exhibit mereka di Baby Zoo setiap jam 12:30 siang dan 14:30 menjelang sore hari. Bisa disaksikan secara gratis oleh para pengunjung Taman Safari Indonesia II – Prigen. Taman Safari Prigen ini, memiliki luas area sebesar 350 hektar saja dan merupakan Taman Safari terluas di Asia Tenggara ini juga dikenal luas dengan paket wisatanya Safari Adventure yang sangat luar biasa, menembus lebatnya belantara Taman Nasional Gunung Arjuna yang penuh dengan harimau benggala, singa africa, beruang coklat raksasa dan aneka macam  satwa langka lainnya. Dengan koleksi satwa exotic dari 5 benua terlengkap di Indonesia. Taman Safari Indonesia 2 Prigen juga sangat dikenal dengan 7 Animal Education Show terbaik di Asia Tenggara. Mulai dari show edukasi tentang gajah sumatera yang sangat luar biasa. Show edukasi global warming yang lucu, show edukasi tentang burung pemangsa yang sangat luar biasa, dolphin education show dari San Diego California yang tidak kalah seru dari Ocean Park Hongkong, Tiger Education Show satu-satunya di Asia, serta tampilnya stuntman show cnggih, Journey To The Temple Of Terror. Semua paket wisata ini tentu saja menjadikan Taman Safari Indonesia II – Prigen sebagai destinasi wisata edukasi tentang satwa paling menarik di Indonesia saat ini.

 

KAkEK BODO TRETES

Kakek Bodo, salah satu wisata yang masih asri di Tretes, pegunungan Prigen, Jawa Timur. Bagi yang suka berpetualang, wana wisata Kakek Bodo akan memberi beragam pesona alam yang cukup menarik. Bahkan jalur yang ditempuh dengan jejak kaki pun bervariasi, yang dapat dipilih sebagai kegiatan lintas hutan. Banyak hal menarik yang dapat dinikmati di sepanjang jalur tersebut.

Candi Jawi

Latar belakang

Alasan Kertanegara membangun candi Jawi jauh dari pusat kerajaan diduga karena di kawasan ini pengikut ajaran Siwa-Buddha sangat kuat. Rakyat di daerah itu sangat setia. Sekalipun Kertanegara dikenal sebagai raja yang masyhur, ia juga memiliki banyak musuh di dalam negeri. Kidung Panji Wijayakrama, misalnya, menyebutkan terjadinya pemberontakan Kelana Bayangkara. Negarakertagama mencatat adanya pemberontakan Cayaraja. Ada dugaan bahwa kawasan Candi Jawi dijadikan basis oleh pendukung Kertanegara. Dugaan ini timbul dari kisah sejarah bahwa saat Dyah Wijaya, menantu Kertanegara, melarikan diri setelah Kertanegera dikudeta raja bawahannya, Jayakatwang dari Gelang-gelang (daerah Kediri), dia sempat bersembunyi di daerah ini, sebelum akhirnya mengungsi ke Madura.

Struktur dan kegunaan bangunan

Bentuk candi berkaki Siwa, berpundak Buddha. Bentuknya tinggi ramping seperti Candi Prambanan di Jawa Tengah, dengan ukuran luas 14,24 x 9,55 meter dan tinggi 24,50 meter. Pintunya menghadap ke timur. Posisi pintu ini oleh sebagian ahli dipakai alasan untuk mempertegas bahwa candi ini bukan tempat pemujaan atau pradaksina (sebuah upacara penghormatan terhadap seorang dewa, disebut Dewayadnya atau dewayajña), karena biasanya candi untuk peribadatan menghadap ke arah gunung, tempat yang dipercaya sebagai tempat persemayaman kepada Dewa. Candi Jawi justru membelakangi Gunung Penanggungan. Sementara ahli lain ada pula yang beranggapan bahwa candi ini tetaplah candi pemujaan, dan posisi pintu yang tidak menghadap ke gunung karena pengaruh dari ajaran Buddha.

Arkeologi

Keunikan Candi Jawi adalah adanya relief di dindingnya. Sayangnya, relief ini belum bisa dibaca. Bisa jadi karena pahatannya yang terlalu tipis, atau karena kurangnya informasi pendukung, seperti dari prasasti atau naskah. Negarakertagama yang secara jelas menceritakan candi ini tidak menyinggung sama sekali soal relief tersebut. Berbeda dengan relief di Candi Jago dan Candi Penataran yang masih jelas. Salah satu fragmen yang ada pada dinding candi, menggambarkan sendiri keberadaan candi Jawi tersebut beserta beberapa bangunan lain disekitar candi. Nampak Jelas pada fragmen tersebut pada sisi timur dari candi terdapat candi perwara sebanyak tiga buah, namun sayang sekali kondisi ketiga perwara tersebut saat ini bisa dibilang rata dengan tanah. demikan juga di fragmen tersebut terlihat jelas bahwa terdapat candi bentar yang merupakan pintu gerbang candi, terletak sebelah barat. Sisa-sisa bangunan tersebut memang masih ada, namun bentuknya lebih mirip onggokan batu bata, karena memang gerbang candi tersebut dibangun dari batu bata merah. Disamping relief yang terletak dibagian dinding candi, terdapat pula relief lain yang terletak dibagian dalam candi. Terletak tepat dibagian tengah candi yang merupakan bagian tertinggi dari bagian dalam candi, terdapat sebuah relief Dewa Surya yang terpahat jelas. Keunikan lain dari Candi Jawi adalah batu yang dipakai sebagai bahan bangunannya terdiri dari dua jenis. Bagian bawah terdiri dari batu hitam, sedangkan bagian atas batu putih. Sehingga timbul dugaan bahwa bisa jadi candi ini dibangun dalam dua periode yang berbeda teknik bangunan.

Sejarah candi menurut Negarakertagama

Negarakertagama menyebutkan, di dalam bilik candi terdapat arca Siwa. Di atasnya arca Siwa terdapat arca Maha Aksobaya yang kini telah hilang. Ada sejumlah arca bersifat Siwa, seperti Nandiswara, Durga, Ganesa, Nandi, dan Brahma. Kakawin Negarakertagama menyebutkan bahwa pada saat candrasengkala atau pada tahun Api Memanah Hari (1253 Saka) candi itu disambar petir. Saat itulah arca Maha Aksobaya raib. Dikisahkan Raja Majapahit Prabu Hayam Wuruk yang mengunjungi candi itu kemudian bersedih atas hilangnya arca tersebut. Walaupun telah ditemukan arca Maha Aksobaya yang kini disimpan di Taman Apsari, depan Kantor Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Jawa Timur, yang kemudian dikenal dengan Patung Joko Dolog, arca ini bukan berasal dari Candi Jawi. Ditulis bahwa setahun setelah Candi Jawi disambar petir, telah dilakukan pembangunan kembali. Pada masa inilah diperkirakan penggunaan batu putih. Namun, asal batu putih tersebut masih dipertanyakan, karena kawasan yang termasuk kaki Gunung Welirang kebanyakan berbatu hitam, dan batu putih hanya sering dijumpai di daerah pesisir utara Jawa atau Madura.

Pemugaran dan usaha konservasi

Candi Jawi dipugar untuk kedua kalinya tahun 19381941 dalam masa pemerintahan Hindia Belanda karena kondisinya sudah runtuh. Akan tetapi, renovasinya tidak sampai tuntas karena sebagian batunya hilang. Kemudian diperbaiki kembali tahun 19751980, dan diresmikan tahun 1982. Kini biaya pemeliharaan didapatkan dari sumbangan sukarela dari pengunjung maupun LSM lainnya. Bentuk bangunan Candi Jawi memang utuh, tetapi isinya berkurang. Arca Durga kini disimpan di Museum Empu Tantular, Surabaya. Lainnya disimpan di Museum Trowulan untuk pengamanan. Sedangkan yang lainnya lagi, seperti arca Brahmana, tidak ditemukan. Mungkin saja sudah berkeping-keping. Di gudang belakang candi memang terdapat potongan-potongan patung. Selain itu, terdapat pagar bata merah seperti yang banyak dijumpai di bangunan pada masa Kerajaan Majapahit, seperti Candi Tikus di Trowulan dan Candi Bajangratu di Mojokerto.

Pemindahan peninggalan bersejarah

Arca-arca peninggalan yang ditemukan di Candi Jawi telah dipindahkan, sebagian besar ke Museum, dan sebagian ke tempat komersial. Pemindahan arca-arca dari Candi Jawi ataupun candi lainnya ini mendapat banyak kritik dari sejarawan dan masyarakat setempat, karena walaupun pada satu sisi memang tepat untuk menghindarkan dari pencurian, pemindahan ini dianggap dapat mengurangi substansi sejarah peninggalan tersebut sehingga menjadi tidak lengkap untuk diapresiasi. Arca-arca yang dipindah dari habitatnya menjadi kehilangan nilai historisnya. Arca candi Jawi yang disimpan di Hotel Tugu Park, Malang, sebagai contoh, memang terawat baik, namun dianggap tercabut dari nilai historis dan ritualitasnya dna menjadi suatu hal yang cenderung dilematis.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

AlphaOmega Captcha Classica  –  Enter Security Code